Suarainspiratif.com,
.
Bergabungnya Türkiye sebagai negara mitra BRICS merupakan momen penting dalam geopolitik. Berikut 3 fakta unik mengenai Türkiye yang menjadi anggota NATO pertama yang aktif dalam entitas yang menantang dominasi Barat. Foto/Dokumen Reuters
Namun hal ini bukanlah terobosan besar dalam kebijakan luar negeri Turki. Proposal tersebut, yang ditujukan untuk BRICS, merupakan perpanjangan dari tindakan penyeimbangan internasional, yang bertujuan untuk mendiversifikasi aliansi sambil menjaga hubungan dengan Barat.
Selama dua dekade masa jabatannya, Recep Tayyip Erdogan telah mempromosikan visi dunia yang tidak terlalu berpusat pada Barat dan mengupayakan otonomi global yang lebih besar karena rasa frustrasinya terhadap Uni Eropa dan Amerika Serikat.
Di tengah arah kebijakan Ankara, pengaruh BRICS secara global terus berkembang. Kerjasama antar anggota BRICS di bidang energi, perdagangan dan pembangunan infrastruktur berkembang pesat.
Sebagai bagian dari perdagangan global, perdagangan barang antar negara BRICS meningkat lebih dari dua kali lipat dari tahun 2002 hingga 2022, mencapai 40%.
Pada tahun 2015, grup ini mendirikan New Development Bank yang berbasis di Shanghai dengan modal sebesar USD 50 miliar. Bank tersebut, yang dipimpin oleh mantan Presiden Brasil Dilma Rousseff, telah memberikan pinjaman sebesar $33 miliar kepada 96 proyek.
Saat ini BRICS berencana untuk menciptakan sistem pembayaran alternatif selain SWIFT, yang dianggap sebagai sistem perbankan internasional yang didominasi negara Barat. Proyek ini menjadi lebih penting setelah negara-negara Barat memutuskan untuk mengeluarkan Rusia dari SWIFT menyusul invasi negara tersebut ke Ukraina pada tahun 2022.
1. Diplomasi
BRICS akan mendapatkan keuntungan dari aksesi Türkiye. Dari perspektif geopolitik, keanggotaan Turki akan meningkatkan status kelompok negara-negara berkembang sebagai pendukung non-blok, dibandingkan dengan blok yang memiliki agenda anti-Barat – meskipun hal ini tentunya akan meningkatkan kecurigaan Barat terhadap Turki.
Sementara itu, kondisi BRICS belum sepenuhnya solid karena Tiongkok dan Rusia ingin mengembangkannya menjadi entitas anti-Barat. Sementara itu, Brasil, India, dan Afrika Selatan lebih memilih mengambil sikap mendekati non-blok.
Kehadiran Türkiye kemungkinan akan memperkuat kedua pandangan tersebut. Hal yang sama berlaku untuk sebagian besar anggota baru, kecuali Iran, yang kemungkinan akan mendekati Tiongkok dan Rusia.