Suarainspiratif.com,
Serangan burung merupakan pengingat bahwa manusia dan burung berbagi ruang yang sama
Jakarta (ANTARA) – Aktivis konservasi Institut Burung Indonesia Achmad Ridha Junaid mengatakan diperlukan strategi mitigasi untuk mengurangi risiko. serangan burung atau tabrakan antara pesawat dan burung yang diduga menjadi penyebab jatuhnya pesawat di Korea Selatan.
“Meskipun serangan burung tidak dapat dihilangkan sepenuhnya, strategi mitigasi sistematis dapat mengurangi risiko secara signifikan. Pengelola bandara berperan besar dalam mengelola lingkungan agar lebih aman untuk penerbangan dan kurang menarik bagi burung, kata Achmad Ridha Junaid dalam keterangan yang diterima di Jakarta, Sabtu.
Beliau menjelaskan strategi mitigasi utama serangan burung dapat dilakukan melalui pengelolaan habitat burung yang baik.
Idealnya, jelasnya, bandara tidak dibangun di atas lahan yang menjadi habitat burung dan jika dibangun maka kawasan di dalam dan sekitar bandara dapat dikelola dengan mengurangi sumber daya tarik burung, seperti makanan, air, atau tumbuh-tumbuhan tertentu.
Baca juga: Ditabrak Burung Saat Lepas Landas, Pesawat Wings Air Kembali ke Apron
Dijelaskannya, untuk mencegah datangnya burung, pengelola dapat menjaga kebersihan kawasan bandara dan ketinggian rumput yang menjadi habitat utama burung di bandara.
Selain itu, penggunaan alat pengusir burung juga perlu dilakukan. Alat seperti suara predator, laser, atau burung pemangsa terlatih digunakan untuk menjauhkan burung dari area landasan, kata Achmad.
Pendekatan ini perlu diperkuat, jelasnya, dengan pemantauan dan survei rutin terhadap populasi burung dan informasi pola aktivitasitu Burung lokal digunakan untuk menentukan waktu dan lokasi dengan risiko tertinggi. Ada juga kebutuhan akan teknologi dengan radar dan sistem deteksi waktu nyata memungkinkan bandara mendeteksi keberadaan burung di wilayah udara.
Kolaborasi dengan para ahli biologi juga diperlukan untuk memahami perilaku spesifik spesies burung di sekitar bandara sehingga strategi mitigasi dapat disesuaikan.
Ia mencontohkan kolaborasi antara manajemen Bandara Internasional Soekarno Hatta dan Burung Indonesia dalam kajian risiko serangan burung dengan mengidentifikasi sawah blekok (Batu tulis yang indah) dan kuntul kerbau (Bubulkus ibis) sebagai dua spesies yang paling berisiko serangan burung.
Pengelolaan habitat padang rumput dan semak dilakukan karena kawasan tersebut menjadi daya tarik tersendiri bagi kedua spesies tersebut.
Baca juga: Pesawat Charter Tim Utah Jazz Kembali ke Bandara Usai Ditabrak Burung
Selain itu, menurutnya, maskapai penerbangan diimbau proaktif dalam menghadapi risiko terhadap satwa liar, seperti menunda lepas landas atau mendarat jika melihat burung di landasan.
“Serangan burung adalah pengingat bahwa manusia dan burung berbagi ruang yang sama. Sebagai penghuni bumi, burung mempunyai peran ekologis yang tidak tergantikan, termasuk menjaga keseimbangan ekosistem. Oleh karena itu, mitigasi serangan burung “Bukan hanya sekedar keselamatan penerbangan, tapi juga menyangkut upaya menjamin kelestarian burung dan habitatnya,” ujarnya.
Sebelumnya, terjadi kecelakaan pesawat Jeju Air di Korea SelatanSaya pada tanggal 29 Desember 2024 menewaskan 179 orang dengan dugaan awal disebabkan oleh serangan burung, yang menyebabkan roda pendaratan rusak dan menyebabkan pesawat menabrak dinding beton bandara.
Baca juga: AirAsia batalkan penerbangan karena tertabrak burung
Baca juga: Mengapa Tabrakan Pesawat dengan Burung Berpotensi Bahaya?
Pewarta: Prisca Triferna Violleta
Redaktur: Budhi Santoso
Hak Cipta © ANTARA 2025