Suarainspiratif.com,
Jakarta, . Indonesia – Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Bahlil Lahadalia mengungkapkan peluang investor baru masuk ke proyek kilang minyak Kilang Akar Rumput (GRR) di Tuban. Hal itu disampaikannya usai menggelar pertemuan dengan Direktur Utama PT Pertamina (Persero) terkait kelanjutan proyek tersebut.
Meski tidak merinci secara rinci isi pertemuan yang dibahas. Meski demikian, Bahlil berupaya memastikan proyek hasil kerja sama Pertamina dengan perusahaan Rusia yakni Rosneft bisa segera dimulai.
“Kemarin saya baru selesai rapat dengan Dirut Pertamina, tapi kami belum sempat menjelaskan secara detail. Sebenarnya saya rencanakan setelah akhir November, tapi kami baru setelah pilkada. Partai, aku harus melakukannya izin,” kata Bahlil saat ditemui di Gedung Kementerian ESDM, Jumat (29/11/2024).
Bahlil lantas memberi sinyal jika Rosneft saat ini tidak memenuhi kewajibannya sesuai regulasi, maka pemerintah bisa mencari alternatif lain. “Tidak menutup kemungkinan kita akan membuka investor baru, karena barang negara tidak bisa dibuat secara perlahan,” kata Bahlil.
Namun saat ditanya apakah Rosneft, mitra strategis proyek ini, akan dilepas, Bahlil tak menjawab pasti. “Belum tentu, nanti kita bahas. Kita mau bahas saja,” kata Bahlil.
Sebelumnya, Direktur Utama PT Kilang Pertamina Internasional (KPI), Taufik Aditiyawarman mengatakan, saat ini progres proyek GRR Tuban di Jawa Timur masih dalam proses tender teknis engineering, pengadaan dan konstruksi (EPC). Sementara Kilang Tuban dirancang mampu mengolah 300 ribu barel minyak mentah per hari, dengan mayoritas produksinya terfokus pada bahan bakar minyak (BBM).
“Mengolah 300 ribu barel minyak mentah per hari akan menghasilkan bahan bakar, hampir 280 ribu barel bahan bakar per hari,” ujarnya dalam acara Energy Corner . Indonesia, Senin (2/9/2024).
Selain bahan bakar, kilang ini juga akan menghasilkan produk petrokimia yang penting bagi industri, seperti aromatik dan olefin, serta LPG. Proyek ini merupakan langkah strategis Indonesia untuk memenuhi kebutuhan energi nasional.
“Sisanya petrokimia. Petrokimia memiliki cracker aromatik dan olefin di sana untuk menghasilkan bahan baku petrokimia seperti polietilen densitas tinggi, rendah polietilen kepadatan, polipropilen. Lalu ada juga LPG. “Jadi, semua itu kita lakukan untuk memenuhi kebutuhan bahan bakar terlebih dahulu,” ujarnya.
(pgr/pgr)
Artikel Berikutnya
RI Punya Proyek Kilang Minyak dengan Rusia, Ini Berita Terkininya