Suarainspiratif.com,
Jakarta, . Indonesia – Holding BUMN Pertambangan MIND ID mengungkapkan hilirisasi bauksit yang digencarkan anak usahanya memberikan dampak positif khususnya bagi PT Inalum. Pasalnya, perusahaan kini tidak perlu lagi repot mengimpor bahan baku untuk memproduksi aluminium.
Direktur Utama MIND ID, Hendi Prio Santoso, juga mengapresiasi kemajuan sinergi antar anak perusahaan MIND ID, khususnya dalam proses hilirisasi bauksit menjadi aluminium. Pasalnya, berkat kerja sama dengan PT Aneka Tambang Tbk (Antam) yang mengolah bauksit, kini Inalum tidak perlu melakukan impor.
Alhamdulillah Inalum tidak lagi mengimpor bahan baku pabrik aluminiumnya, karena sudah ada sinergi dengan Aneka Tambang dari bauksit, kata Hendi dalam RDP bersama Komisi XII DPR RI, Rabu (4/12/2024).
Menurut Hendi, nilai tambah yang dihasilkan dari hilirisasi bauksit sangat signifikan. Sedangkan sebelum dihilirkan, bauksit hanya bernilai di bawah US$ 20 per ton, namun kini nilainya bisa mencapai US$ 2.400 per ton setelah menjadi produk akhir aluminium.
“Sekarang dengan sinergi yang terjadi dari material yang harganya di bawah 20 dolar ini, kita bisa menjualnya dengan harga akhir 2.400 dolar setelah menjadi aluminium. Jadi sudah terintegrasi dari bauksit ke alumina, dari alumina ke aluminium,” dia dikatakan.
Oleh karena itu, ia menilai keberadaan proyek Smelter Grade Alumina Refinery (SGAR) di Mempawah, Kalimantan Barat mempunyai peranan yang sangat penting. Terutama guna merajut hilirisasi secara menyeluruh dari hulu ke hilir.
Sebelumnya, Direktur Portofolio dan Pengembangan Bisnis MIND ID Dilo Seno Widagdo mengungkapkan ada nilai tambah jika bauksit dijual dalam bentuk alumina hingga menjadi aluminium.
Berdasarkan perhitungan perusahaan, 1 ton bauksit saat ini dihargai sekitar US$ 40. Sementara jika dijadikan alumina, nilai tambahnya meningkat 15 kali lipat menjadi US$ 575.
“Jadi misalnya dari bauksit kalau bauksitnya dijual US$ 40 saja, kalau dibuat Alumina harganya US$ 575, hampir 15 kali lipat,” kata Dilo pada Industri Pertambangan Sebagai Penggerak Hilirisasi. menuju Indonesia Emas, di Jakarta, Selasa (15/10/2024).
Kemudian, peningkatan nilai tambah diperoleh saat alumina diolah kembali menjadi aluminium menjadi US$ 2.700. Jumlahnya meningkat hingga lima kali lipat.
“Nanti aluminium harganya US$ 2.600-2.700 hari ini. Ada lagi kenaikan 5 kali lipat di Alumina, jadi hampir 60 kali lipat dibandingkan bijih saja,” kata Dilo.
Selain meningkatkan nilai ekonomi, hilirisasi juga berdampak besar terhadap penyerapan tenaga kerja. Industri pengolahan menduduki peringkat ketiga sebagai sektor dengan penyerapan tenaga kerja tertinggi di Indonesia, setelah sektor pertanian dan perdagangan.
(ke/itu)
Artikel Berikutnya
Punya Proyek Bauksit-Aluminium Terintegrasi, MIND ID Gencar Eksplorasi