Suarainspiratif.com,
Jakarta, . Indonesia – Diskusi mengenai ancaman sumber gempa megathrust besar belakangan ini semakin sering terjadi. Gempa besar ini diprediksi bisa memicu tsunami raksasa, bahkan setinggi 20 meter.
Belum lagi, Indonesia disebut-sebut sebagai negara rawan gempa.
Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) mengingatkan bahwa Indonesia berada pada titik pertemuan 3 lempeng utama dunia. Yaitu Indo Australia, Pasifik dan Eurasia. Alhasil, Indonesia memiliki 13 segmen megathrust, yakni sumber gempa yang mampu memicu gempa besar. Dimana 2 diantaranya yaitu Megathrust Selat Sunda dan Megathrust Mentawai-Suberut menjadi sorotan karena di kedua segmen tersebut sudah ratusan tahun tidak terjadi gempa besar.
Untuk itu perlu diketahui berapa lama waktu yang diperlukan untuk menghindari dan bertahan dari dampak gempa di zona megathrust. Yang diperkirakan akan memicu tsunami raksasa.
Lalu apa yang harus dilakukan agar bisa bertahan dari ancaman gempa bumi dan tsunami?
Dosen Geodinamika Teknik Geologi UPN Veteran Yogyakarta C Prasetyadi mengatakan, ada formula khusus yang harus dilakukan ketika terjadi gempa besar, terutama yang bersumber dari megathrust.
“Jika gempa terjadi di daerah subduksi maka kecepatan gempanya kurang lebih 620 km per jam. Maka jarak ke daratan adalah 230 km. Jadi untuk menempuh jarak 230 km dengan kecepatan 620 km per jam akan terjadi memakan waktu sekitar 0,3 jam atau sekitar 20 menit,” ujarnya dalam diskusi Pengertian Megathrust yang ditayangkan di akun YouTube DeBritto Channel, dikutip Sabtu (25/1/2025).
“Jadi periode emas sejak gempa di Palung Jawa untuk megathrust itu 20 menit. Jadi kita punya prinsip, kalau ada gempa lebih dari 20 detik, maka kita punya waktu 20 menit untuk melakukan evakuasi. perhitungannya Mau kemana? Lari ke lokasi yang ketinggiannya harus diatas 20 meter Tiga kali lipat 20,jelas Prasetyadi.
Prinsip ini, kata dia, akan menjembatani upaya mitigasi penanganan bencana gempa megathrust yang diperkirakan akan memicu tsunami raksasa, bahkan setinggi 20 meter.
“Ini akan menjadi semacam jembatan antara pengetahuan ahli geosains yang berkompeten secara keilmuan, dan kemudian masyarakat yang kurang paham. Di sini akan ada semacam gap. Jadi gap ini akan kita isi dengan kaidah-kaidah yang dihasilkan, asas-asas yang dihasilkan. Tiga kali lipat 20,kata Prasetyadi.
Hal senada diungkapkan Ketua Tim Kerja Informasi Gempa Bumi dan Tsunami Deputi Bidang Geofisika BMKG Wijayanto.
“Gempa megathrust berkekuatan lebih dari 7 yang berpotensi tsunami,” kata Wijayanto kepada . Indonesia, dikutip Senin (13/1/2025).
Jika terjadi gempa di zona megathrust, jelasnya, peringatan dini akan dikeluarkan dalam waktu 3 menit.
“Jika rata-rata gelombang tsunami akan tiba di pantai dalam waktu 20 menit-30 menit, maka masyarakat atau pemerintah daerah mempunyai waktu emas (masa evakuasi kritis yang menentukan keselamatan) sekitar 15-25 menit untuk melakukan evakuasi mandiri,” ujarnya. .
Oleh karena itu, tambah Wijayanto, untuk menekan jumlah korban seminimal mungkin, bahkan agar tidak ada korban jiwa alias tidak ada korban jiwa akibat gempa megathrust dan tsunami tersebut, semua pihak harus bersiap.
“Kesiapsiagaan masyarakat dan semua pihak baik pemerintah pusat maupun swasta, peningkatan kapasitas penyelamatan diri, dan pemahaman masyarakat adalah yang paling penting,” kata Wijayanto.
BMKG Siap
Sebelumnya, Kepala BMKG Dwikorita Karnawati mengungkapkan kejadian gempa bumi di Indonesia menunjukkan tren peningkatan. Di sisi lain, kata dia, kini alat pemantauan yang didistribusikan BMKG semakin banyak.
Hal tersebut disampaikannya dalam webinar “Resolusi 2025: Mitigasi Bencana Geologi” yang ditayangkan di channel Youtube Teknik Geofisika ITS, Jumat (17/1/2025). Dwikorita juga mengingatkan pentingnya pendekatan mitigasi bencana geohidrometeorologi. Tidak hanya gempa bumi dan tsunami, bencana hidrometeorologi pun semakin meningkat akibat perubahan iklim.
Mengutip materi pemaparannya dalam webinar tersebut, terungkap bahwa Indonesia terletak pada titik pertemuan 3 lempeng utama dunia yaitu Indo-Australia, Pasifik, dan Eurasia. Selain itu, terdapat 14 segmen sumber gempa subduksi/megathrust, serta 402 segmen sumber gempa sesar aktif yang telah teridentifikasi. Selain itu, masih banyak lagi yang belum teridentifikasi.
Intinya di sini ada tren peningkatan aktivitas kegempaan. Khusus gempa dangkal memang meningkat. Ada juga fenomena sesar aktif di darat yang semakin banyak menjadi sumber gempa, jelasnya.
Tren gempa merusak di Indonesia terus terjadi. Dan pada tahun 2024 tercatat 20 gempa merusak. , tapi gempa yang merusak semakin meningkat,” kata Dwikorita.
Tak hanya di Indonesia, kata Dwikorita, aktivitas seismik di dunia juga menunjukkan tren peningkatan. Gempa bumi dangkal dengan magnitudo bervariasi.
“Bagi kami sebagai lembaga yang bertanggung jawab, peran BMKG ditentukan berdasarkan Undang-Undang Nomor 31 Tahun 2009, tugas utama BMKG adalah memberikan pelayanan berupa informasi, informasi dini gempa bumi dan peringatan dini Tsunami, serta informasi mengenai gempa bumi dan peringatan dini tsunami. cuaca dan iklim, serta informasi kualitas udara dan peringatan dini,” kata Dwikorita.
“Jadi kita harus terus mewaspadai zona seismic gap di Banten Selatan dan Selat Sunda, sudah ada sejak tahun 1757 dan di wilayah Mentawai-Siberut sejak tahun 1797. Sudah lebih dari 227 tahun. itu,” katanya.
Persiapan yang dimaksud Dwikorita adalah upaya mitigasi, termasuk menyiapkan teknologi yang diperlukan.
“Kami sedang menyiapkan skenario model guncangan gempa megathrust Selat Sunda. Hal ini sedang kami sampaikan kepada Pemerintah Daerah dan pihak terkait, agar bersiap. Kami juga sedang melengkapi skenario ini dengan skenario model tsunami dengan ketinggian lebih dari 3 meter, bisa lebih dari 10 meter, puluhan meter, bahkan 20 meter di Selat Sunda,” jelas Dwikorita.
Model yang sama kita buat dengan asumsi gempa megathrust di berbagai daerah. Misalnya di Kota Cilegon itu kota industri. Ada bencana susulan. Petanya sudah kita serahkan ke pihak berwenang, pemerintah daerah terkait, jelasnya. Dwikorita.
Daftar 13 Segmen Megathrust yang Mengancam Wilayah RI
Merujuk Peta Sumber dan Bahaya Gempa Indonesia 2017, berikut daftar 13 segmen megathrust yang mengancam Indonesia:
1. Megathrust Mentawai-Pagai dengan potensi gempa M8,9
2. Enggano Megathrust dengan potensi gempa M8,4
3. Megathrust Selat Sunda dengan potensi gempa M8,7
4. Megathrust Jawa Barat-Jawa Tengah dengan potensi gempa M8,7
5. Megathrust Jawa Timur dengan potensi gempa M8,7
6. Sumba Megathrust dengan potensi gempa M8,5
7. Megathrust Aceh-Andaman dengan potensi gempa M9.2
8. Megathrust Nias-Simelue dengan potensi gempa M8,7
9. Batu megathrust dengan potensi gempa M7,8
10. Megathrust Mentawai-Siberut dengan potensi gempa M8,9
11. Megathrust Sulawesi Utara dengan potensi gempa M8,5
12. Megathrust Filipina dengan potensi gempa M8.2
13. Megathrust Papua dengan potensi gempa M8,7.
(hari/hari)
Artikel Berikutnya
Media Asing Soroti Gempa Megathrust RI, Sebut Ini