Suarainspiratif.com,
Tanjungpinang (Antara) – Gubernur Kepulauan Riau (Kepulauan Riau) Ansar Ahmad mengusulkan kepada pemerintah pusat sehingga pasokan gas blok Kabupaten Natuna diarahkan untuk memenuhi kebutuhan energi di dalam negeri, terutama Kepulauan Riau.
Ansar mengirimkan gas dari beberapa blok di Natuna seperti blok kakap, blok laut Natuna, dan blok B Natuna South Natuna, sebagian besar diekspor ke Singapura tanpa kewajiban Kewajiban pasar domestik (DMO).
Sementara itu di sisi lain, pada tahun 2028-2029 kontrak tiga blok gas utama di Natuna akan segera berakhir, di mana blok kakap yang dikelola oleh Star Energy akan kehabisan kontraknya pada Maret 2028, kemudian Blok Laut Natuna yang dipegang oleh minyak utama The Premier Oil Akan berakhir pada Oktober 2029, dan blok Laut Natuna Selatan yang dikerjakan Medco akan mengakhiri kontraknya pada Oktober 2028.
“Di masa depan, dengan akhir kontrak ini, kami berharap bahwa beberapa produksi gas dapat memenuhi kebutuhan domestik, terutama di Kepulauan Riau,” kata Gubernur Ansar di Tanjungpinang pada hari Minggu.
Selain itu, kata Ansar, Kepulauan Riau juga akan mendapatkan potensi tambahan untuk energi baru di Natuna, yaitu Blok Merviene dan blok Natuna Natuna Timur Timur. Blok putri duyung dijadwalkan untuk mulai memproduksi gas pada kuartal keempat 2026, sedangkan blok Natuna Timur akan memulai produksi pada kuartal kedua 2027.
Dia berharap bahwa gas dari dua blok ini juga dapat digunakan secara optimal untuk memenuhi kebutuhan domestik. Jika dikelola dengan benar, kebutuhan gas di Kepulauan Riau akan dipenuhi.
Menurut Ansar, Kepulauan Riau saat ini menghadapi tantangan besar dalam memenuhi kebutuhan gas. Pada tahun 2025, total permintaan gas diperkirakan mencapai 162,26 Miliar unit termal Inggris per Hari (BBTUD), sedangkan pasokan hanya 109.576 BBTUD, menghasilkan defisit 53 BBTUD.
“Puncak kebutuhan gas diproyeksikan terjadi pada tahun 2027 dengan permintaan total mencapai 297,83 BBTUD,” jelasnya.
Ansar juga menyoroti pentingnya memenuhi kebutuhan energi bagi sektor industri di Kepulauan Riau. Salah satu contohnya adalah Zona Ekonomi Khusus (KEK) Bintan Alumina Indonesia di Bintan Regency, yang membutuhkan pasokan energi besar untuk mendukung investasi hilir bauksit dan pusat data yang berkembang pesat.
Dia juga menghargai Rencana Pengembangan Infrastruktur Gas oleh Perusahaan Gas Negara (PGN) dan PLN. Dia mengatakan, PGN akan membangun pipa empat -kilometer dari Pulau Peming ke Batam, yang diperkirakan akan selesai pada Juni 2026.
“Infrastruktur ini memungkinkan gas dari dua blok baru di Natuna, yaitu blok putri duyung dan blok timur timur untuk dialok ke Batam,” katanya.
Sedangkan PLN, ia melanjutkan, berencana untuk membangun pipa gas dari Batam ke Bintan pada tahun 2027, sambil meningkatkan kapasitas interkoneksi listrik antara Batam dan Bintan, yang saat ini hanya mencapai 110 MW.
Ansar menekankan bahwa pemenuhan kebutuhan energi sangat penting untuk meningkatkan daya saing Kepulauan Riau sebagai tujuan investasi. Area Kepulauan Riau adalah magnet bagi investor global, terutama dari pusat data dan sektor semikonduktor.
Dengan infrastruktur gas dan listrik yang memadai, Kepulauan Riau diharapkan menjadi pusat terkemuka untuk industri, perdagangan dan pariwisata di Indonesia.
“Dengan dukungan pemerintah pusat dan langkah -langkah strategis, saya yakin bahwa Kepulauan Riau akan terus berkembang menjadi tujuan investasi yang kompetitif dan internasional di tingkat nasional dan internasional,” kata Ansar.
Baca Juga: Produksi Gas di Natuna Meningkatkan 30 juta kaki kubik per hari
Baca juga: Pemerintah diminta untuk segera mengambil langkah strategis ke gas Natuna
Baca Juga: SKK Migas berharap proyek gas bronang meningkatkan produksi gas nasional
Pewarta: Mata
Editor: Biqwanto Situmorang
Hak Cipta © antara 2025