Suarainspiratif.com,
Jakarta (ANTARA) – Kelainan langka dan menyakitkan mulai muncul pada pengguna ganja jangka panjang. Mereka harus dibawa ke ruang gawat darurat, menderita rasa sakit yang luar biasa, muntah-muntah parah, dan bahkan kehilangan gigi.
Seperti dilansir Medical Daily, Rabu (4/12), kondisi pencernaan tersebut dikenal dengan istilah cannabinoid hyperemesis syndrome (CHS).
CHS adalah istilah yang relatif baru untuk reaksi akut terhadap penggunaan ganja, ditandai dengan serangan mual, sakit perut, dan muntah yang parah.
Penderita sering menjerit dan muntah karena nyeri, suatu fenomena yang disebut berlarian. Banyak pasien dengan gejala-gejala ini memilih mandi air panas, yang dapat menyebabkan mandi kompulsif.
Baca juga: Apa Dampak Ganja Bagi Kesehatan?
Baca juga: Hormon Bisa Menetralisir Efek Ganja
Muntah hebat akibat CHS dapat menyebabkan erosi email gigi dan kehilangan gigi. Pasien sering kali memiliki kadar garam darah esensial yang rendah, termasuk klorida, kalium, natrium, dan bikarbonat.
Kondisi ini juga dapat mengakibatkan dehidrasi, cedera ginjal akut, dan komplikasi seperti gagal ginjal, kejang, dan irama jantung tidak normal. Komplikasi yang parah bisa berakibat fatal.
Sindrom ini didiagnosis pada pasien yang menggunakan ganja lebih dari empat hari seminggu selama lebih dari satu tahun dan melaporkan setidaknya tiga episode gejala per tahun, yang masing-masing berlangsung lebih dari seminggu.
Namun, tidak semua pengguna ganja jangka panjang mengembangkan CHS. Bagi yang mengalaminya, efeknya bisa membingungkan karena ganja sering digunakan untuk mencegah mual dan muntah, terutama pada pasien kemoterapi.
Para ahli meyakini kontradiksi ini terjadi karena ganja mempengaruhi otak dan sistem pencernaan dengan cara yang berlawanan. Awalnya, otak merespons dengan mengurangi rasa mual, namun jika digunakan berulang kali, reseptornya dapat berhenti berfungsi dengan cara yang sama, menyebabkan mual dan muntah parah yang berhubungan dengan CHS.
Meskipun prevalensi pastinya tidak diketahui, berdasarkan kasus yang dilaporkan di unit gawat darurat, CHS diperkirakan menyerang sekitar 2,75 juta orang di Amerika Serikat setiap tahunnya.
Insiden CHS meningkat dua kali lipat dari tahun 2017 hingga 2021, dengan peningkatan kunjungan ke unit gawat darurat di AS dan Kanada. Gangguan ini paling sering terjadi pada pria berusia 16 hingga 34 tahun.
“Peningkatan CHS bertepatan dengan legalisasi ganja rekreasional dan peningkatan konsentrasi delta-9-tetrahydrocannabinol (THC) dalam produk ganja,” kata para peneliti dalam studi baru tersebut.
Langkah pertama dalam pengobatan adalah berhenti menggunakan ganja. Meskipun gejala dan efek samping mungkin tetap ada setelah dihentikan, gejala dan efek samping tersebut akan hilang dalam beberapa minggu.
Mereka yang mencari perawatan darurat akan menerima obat untuk mengurangi dehidrasi dan menghilangkan rasa sakit dan muntah.
Penggunaan obat antipsikotik dan anticemas tertentu dalam jangka pendek juga dapat membantu pasien pulih.
Baca juga: Kementerian Kesehatan akan membuat aturan izin penelitian ganja
Baca juga: IDI: Penggunaan Ganja Medis Masih Perlu Kajian Mendalam
Penerjemah: Hreeloita Dharma Shanti
Editor: Zita Meirina
Hak Cipta © ANTARA 2024