Suarainspiratif.com,
Kediri (ANTARA) – Pemerintah Kabupaten Kediri, Jawa Timur tengah gencar melakukan sosialisasi terkait penutupan pasar hewan sebagai upaya pencegahan penyebaran penyakit mulut dan kuku (PMK) yang kasusnya cukup banyak di kabupaten ini. .
Plt Kepala Dinas Ketahanan Pangan dan Peternakan (DKPP) Kabupaten Kediri, Tutik Purwaningsih menyatakan, sosialisasi rencana penutupan tersebut penting dilakukan agar para peternak juga memahami upaya yang dilakukan pemerintah dalam mencegah penyebaran PMK di kabupaten ini.
“Pasar hewan merupakan tempat berkumpulnya hewan ternak dari berbagai daerah, khususnya sapi yang rentan terhadap penularan PMK. Penutupan ini merupakan langkah penting untuk membatasi lalu lintas ternak dan mengurangi risiko penyebaran penyakit,” ujarnya di Kediri, Minggu.
Pihaknya juga memasang portal dan spanduk di setiap pasar hewan di wilayah Kabupaten Kediri, agar peternak dan pembeli mengetahui secara pasti.
Pemerintah kabupaten memutuskan untuk menutup pasar hewan mulai 13-28 Januari 2025. Penutupan tersebut berlaku untuk seluruh pasar hewan di Kabupaten Kediri.
Pihaknya melakukan sosialisasi langsung kepada peternak di Pasar Hewan Tertek, Kecamatan Pare, Kabupaten Kediri. Selain sosialisasi, petugas DKPP Kabupaten Kediri juga melakukan penyemprotan cairan disinfektan pada ternak yang dibawa ke pasar ini agar lebih steril.
Para peternak, kata dia, juga bisa memahami langkah yang dilakukan Pemkab Kediri sebagai upaya pencegahan penyebaran PMK.
“Kami mengucapkan terima kasih kepada para pedagang dan peternak yang mendukung langkah ini. “Kami akan terus memastikan kebijakan ini dilaksanakan dengan pengawasan ketat di lapangan,” ujarnya.
Tutik mengatakan, mayoritas sapi yang dibawa ke pasar hewan dalam kondisi sehat. Meski demikian, pihaknya juga mengingatkan para peternak untuk mewaspadai PMK.
Baca juga: Bantul Awasi Keluar Masuk Ternak Cegah Penyebaran PMK
Baca juga: Pemerintah Jamin Kasus PMK Tak Pengaruhi Stok Daging Selama Ramadhan 1446 H
Sementara itu, salah satu peternak sapi asal Kecamatan Kandangan, Kabupaten Kediri, Imam Romadhon mengapresiasi langkah pemerintah kabupaten tersebut.
Ia mengatakan penutupan pasar hewan merupakan keputusan yang tepat untuk mencegah penyebaran PMK khususnya di Kabupaten Kediri.
“Ini merupakan langkah yang baik dari pemerintah kabupaten, semoga wabah PMK segera teratasi, dan semuanya kembali normal,” ujarnya.
Ia mengatakan, PMK turut andil dalam turunnya harga sapi. Biasanya ia bisa menjual sapi dengan harga sekitar Rp 15 juta per ekor, namun dengan adanya PMK turun menjadi hanya Rp 11,5 juta per ekor.
Peternak lainnya, Zainudin mengaku hanya memantau kondisi harga di pasaran. Ia belum berani membeli sapi saat ini, karena keadaan tidak memungkinkan.
“Aku punya di rumah. Aku belum berani beli, keadaannya masih seperti ini. FMD-nya banyak. Tapi, aku bersyukur sapi di rumah masih suka makan, jadi sehat,” kata pria asal Desa Keling, Kecamatan Kepung, Kabupaten Kediri ini.
Di Kabupaten Kediri terjadi peningkatan kasus PMK yang sangat signifikan sejak akhir tahun 2024 hingga awal tahun 2025. Hingga 7 Januari 2025, tercatat sebanyak 447 kasus PMK.
Diketahui, sapi yang terjangkit PMK di Kabupaten Kediri saat ini adalah sapi potong. Berbeda dengan tahun 2022 yang didominasi sapi perah.
Berdasarkan data yang diperoleh, sebagian besar sapi yang terjangkit FMD belum dilakukan vaksinasi. Untuk itu, Pemkab juga segera menjadwalkan vaksinasi.
Pemkab Kediri mengusulkan pengadaan 50.000 dosis vaksin dengan anggaran sekitar Rp1,5 miliar.
Baca juga: Kementerian Pertanian RI Bentuk Satgas PMK Nasional
Baca juga: Harga Sapi di Situbondo Anjlok Akibat Penyebaran Virus PMK
Pewarta : Asmaul Chusna
Redaktur: Riza Mulyadi
Hak Cipta © ANTARA 2025