Suarainspiratif.com,
Damaskus (ANTARA) – Perempuan Suriah terus berjuang untuk tetap didengarkan dan berperan aktif dalam pembentukan pemerintahan baru pasca jatuhnya rezim Bashar Assad.
Gerakan Politik Perempuan Suriah (SWPM) baru-baru ini mengadakan konferensi pers di ibu kota Damaskus yang menyerukan pemerintahan baru yang dibangun atas dasar kebebasan dan kesetaraan.
Joumana Seif, salah satu pendiri SWPM dan penasihat hukum untuk program Kejahatan dan Akuntabilitas Internasional di Pusat Konstitusi dan Hak Asasi Manusia Eropa (ECCHR), mengatakan kepada Anadolu bahwa pertemuan tersebut membahas pencapaian gerakan tersebut dalam tujuh tahun sejak didirikan dan menekankan pentingnya peran perempuan dalam pembentukan pemerintahan baru.
Seif menegaskan, perempuan juga berpengaruh dalam revolusi Suriah. Mereka mengambil bagian dalam demonstrasi pertama melawan Assad di depan Kementerian Dalam Negeri pada 16 Maret 2011.
Dengan peran tersebut, Seif percaya bahwa perempuan Suriah harus memiliki suara dalam merancang masa depan negaranya dan memahami satu sama lain untuk mencapai titik temu.
Dia menekankan bahwa demokrasi adalah satu-satunya cara bagi Suriah untuk memiliki masa depan yang cerah dan menekankan pentingnya “perdamaian berkelanjutan dan keadilan transisi” dalam transisi menuju pemerintahan baru.
Sementara itu, Dua Mohammed, anggota Gerakan Politik Perempuan Suriah yang menghadiri pertemuan tersebut, mengatakan bahwa “tidak mungkin” membentuk pemerintahan baru di Suriah tanpa perempuan, dan menekankan pentingnya perempuan dalam perubahan politik.
Mohammed menekankan bahwa mereka harus memiliki suara di setiap tahap pembentukan pemerintahan baru dan berperan aktif dalam proses pengambilan keputusan.
Sumber: Anatolia
Baca juga: Blinken: Proses transisi di Suriah harus dipimpin oleh rakyat Suriah
Baca juga: AS dan sekutunya tetapkan syarat untuk terlibat dengan Suriah
Penerjemah: Yoanita Hastryka Djohan
Redaktur: Rahmad Nasution
Hak Cipta © ANTARA 2025