Suarainspiratif.com,
Jakarta, . Indonesia – Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump menekan Presiden Rusia Vladimir Putin untuk segera mengakhiri perang. Putin menanggapinya dengan sikap 'acuh tak acuh', bahkan terkesan meremehkan ancaman ekonomi Trump. Ia juga siap membahas perang di Ukraina dengan Trump dan menyarankan agar mereka bertemu.
Seperti diketahui, Trump mengeluarkan ancaman akan menimbulkan kerugian ekonomi bagi Rusia jika tidak mengakhiri perang di Ukraina. Namun Putin menanggapinya dengan nada yang baik.
“Kami percaya pada pernyataan presiden saat ini tentang kesiapannya untuk bekerja sama. Kami selalu terbuka terhadap hal ini dan siap untuk bernegosiasi,” katanya kepada jurnalis TV pemerintah Rusia, mengutip PenjagaMinggu (26/1/2025).
“Sebaiknya kita bertemu, berdasarkan kenyataan yang ada saat ini, untuk berbicara dengan tenang,” ujarnya.
Putin kemudian menggambarkan hubungannya dengan Trump sebagai hubungan yang bersifat bisnis, pragmatis, dan dapat dipercaya. Dia menambahkan bahwa negosiasi dengan Ukraina rumit karena presiden negara itu, Volodymyr Zelensky, telah menandatangani dekrit yang melarang dia mengadakan pembicaraan dengan Putin.
Sejak pelantikan Trump, ia telah berulang kali menyerukan penyelesaian cepat terhadap perang di Ukraina, yang kini mendekati tahun ketiga, dan telah menyatakan kesiapannya untuk segera bertemu dengan Putin.
Di sisi lain, dalam pidato video malamnya pada Jumat malam, Zelensky menyebut Putin berusaha “memanipulasi” Trump. “Dia mencoba memanipulasi keinginan presiden AS untuk mencapai perdamaian. Saya yakin tidak ada manipulasi Rusia yang akan berhasil lagi,” ujarnya.
Upaya Trump untuk membujuk Putin agar melakukan perundingan diperkuat dengan ancaman untuk meningkatkan tekanan terhadap perekonomian Rusia yang sudah tertekan, termasuk menerapkan sanksi dan tarif, jika Moskow gagal mencapai kesepakatan untuk mengakhiri perang.
Berbicara di Forum Ekonomi Dunia di Davos pada Kamis malam, Trump meminta OPEC untuk menekan harga minyak global sebagai cara untuk mencapai aliran pendapatan penting bagi Kremlin. “Saat ini harganya cukup tinggi sehingga perang akan terus berlanjut,” katanya.
Pendapatan dari minyak dan gas telah menjadi sumber pendapatan terpenting Rusia, menyumbang sepertiga hingga setengah dari anggaran federal selama dekade terakhir.
Namun, Putin meremehkan ancaman ekonomi Trump dan mengatakan bahwa harga minyak yang terlalu rendah akan berdampak buruk bagi AS dan Rusia.
Menanggapi pendekatan awal Trump, para pejabat Moskow tetap bersikap hati-hati sambil mempertahankan posisi tegas dalam menuntut diakhirinya perang. “Kami tidak melihat sesuatu yang baru di sini,” kata Peskov pada hari Kamis ketika ditanya tentang ultimatum ekonomi Trump.
Namun, ancaman Trump tampaknya telah menimbulkan frustrasi di kalangan elit Moskow, dimana beberapa politisi dan nasionalis bereaksi negatif, dan sentimen tersebut diperkuat di TV pemerintah.
Mantan pejabat Bank Sentral Rusia dan pakar ekonomi Rusia Alexandra Prokopenko berkomentar dalam sebuah artikel di Foreign Affairs bahwa masalah ekonomi yang membara tidak mungkin mengatasi kekuatan yang membuat Putin bertekad untuk melanjutkan perang di Ukraina.
(untung/untung)
Artikel Berikutnya
Menanti Sentuhan 'Ajaib' Trump di Rusia-Ukraina, Perang Berakhir?