Suarainspiratif.com,
Jakarta, . Indonesia – Rencana kebijakan tarif pada masa kepemimpinan presiden terpilih Amerika Serikat (AS) Donald Trump nampaknya “menjadi bumerang”. Hal ini telah mengancam masyarakat Negeri Paman Sam sendiri.
Di bawah ancaman tarif, beberapa pedagang grosir AS memperingatkan bahwa pelanggan akan membayar mahal untuk kebijakan tersebut. Salah satunya adalah Melquiades Flores, 58 tahun, pendiri M&M Tomatoes and Chili Company, pedagang grosir yang ia dirikan pada tahun 2019.
Untuk bisnisnya, ia mendapatkan sejumlah produk kebutuhan pokok dari Meksiko. Mulai dari tomat dan cabai yang diperuntukkan bagi rumah-rumah, dapur hotel dan restoran di seluruh kota.
“Masyarakat harus membayar harga yang lebih tinggi,” kata Flores di Los Angeles Wholesale Produce Market, seperti dikutip Reuters, Kamis (28/11/2024).
“Berapa pun yang mereka tetapkan untuk kami, kami akan meneruskannya ke konsumen,” tambahnya.
Apapun yang terjadi pada bulan Januari, ketika Trump dilantik, Flores mengatakan dia tidak punya pilihan. Ia akan terus mengimpor produk dari Meksiko, terutama di musim dingin.
Ia mengatakan, musim tanam cabai di California berlangsung selama empat bulan, yakni Agustus hingga November. Sisa tahunnya, dia memperoleh hasil bumi dari negara bagian Sinaloa, Baja California, dan Sonora di Meksiko.
“Setiap tarif merupakan pajak tambahan yang berdampak pada kita semua, termasuk mereka yang membeli satu pound, dua pound, atau seribu atau 10.000 pound,” kata Flores, yang telah tinggal di Los Angeles selama 40 tahun dan berasal dari negara bagian Meksiko. dari Morelos.
“Presiden seharusnya melihat terlebih dahulu seberapa besar dampak hal ini terhadap semua orang sebelum berbicara,” tambahnya.
Trump sebelumnya berjanji akan mengenakan tarif sebesar 25% untuk seluruh impor dari Meksiko dan Kanada saat ia mulai menjabat pada 20 Januari 2025. Hal ini juga akan berlaku untuk Tiongkok yang akan ada tambahan tarif baru sebesar 10% untuk barang-barang negara Tirai Bambu.
Trump telah menyatakan kecintaannya terhadap tarif, mungkin untuk meningkatkan pendapatan dan melindungi industri AS dari impor. Namun dia menghindari pembicaraan mengenai dampak inflasi atau dampak potensi pembalasan dari tiga mitra dagang utama AS.
400.000 Pekerjaan di AS Hilang?
Sementara itu, Presiden Meksiko Claudia Sheinbaum menekankan bahwa Meksiko akan mengambil tindakan balasan jika Trump melanjutkan rencana penerapan tarif komprehensif sebesar 25%. Dilaporkan ReutersSelain menaikkan harga, langkah ini diperkirakan akan menghilangkan 400.000 lapangan kerja di AS.
“Jika ada tarif dari AS, Meksiko juga akan menaikkan tarifnya,” kata Sheinbaum dalam konferensi pers, menunjukkan kesiapan negaranya menghadapi dampak kebijakan tersebut.
Menteri Ekonomi Meksiko Marcelo Ebrard juga mengkritik kebijakan tarif tersebut. Ia menilai langkah tersebut kontraproduktif.
“Ini seperti menembak kaki Anda sendiri,” katanya.
Ia menambahkan, langkah tersebut melanggar perjanjian perdagangan USMCA antara Meksiko, Kanada, dan AS. USMCA sendiri akan ditinjau kembali pada tahun 2026.
Lebih lanjut, kata Ebrard, tarif tersebut akan berdampak besar pada industri otomotif, khususnya pabrikan besar seperti Ford, General Motors, dan Stellantis. Perlu diketahui, sebanyak 88% truk pikap yang dijual di AS diproduksi di Meksiko.
Tarif baru ini dapat menaikkan harga kendaraan hingga US$3.000 per unit. Hal ini dapat berdampak pada konsumen di daerah pedesaan Amerika, yang sebagian besar mendukung Trump.
“Kita mungkin terpecah karena tarif, namun Meksiko ingin membangun kawasan yang lebih kuat,” katanya, menekankan pentingnya integrasi regional.
(bos/bos)
Artikel Berikutnya
Perang Dagang Global Semakin Menakutkan, IMF Ketakutan